Dikelilingi buku itu selalu menyenangkan dan membuatmu merasa sedikit lebih pintar. Bahkan untuk saya yang sehari-harinya, menurut beberapa teman dekat yang cukup bosan hidup, agak penuh kekurangan. Karena itulah setiap mencapai halaman terakhir sebuah buku, hidup rasanya tidak terlalu kacau. Dan Bandung, kota yang selalu ramah itu, juga sangat ramah bagi mereka yang senang untuk sekedar duduk dan membaca.
Pagi-pagi sekali di hari Sabtu lalu saya dan Gypsytoes pergi ke Jl. Siliwangi Bandung tepatnya di dekat perempatan Ciumbeleuit. Reading Lights ada di pojokan dekat pasar di sana. Toko buku bekas, perpustakaan, dan kafe kecil ini sangat ramah dan nyaman. Mereka bahkan punya pisang goreng yang enak betul. Tentu pisang gorengnya bukan bagian terbaik dari Reading Lights. Di lantai dua, mereka punya area membaca yang membuat kami betah bukan main. Suasana rumahan yang akrab langsung terasa begitu kami masuk ke area ini. Dari rencana awal kami yang cuma hendak sarapan dan membaca sebentar, sebelum melakukan perjalanan normal kota Bandung: wisata kuliner dan belanja, akhirnya kami duduk di sana dari pagi hingga menjelang sore. Bangunannya yang tua dengan desain dan furniture yang sejuk membuat kami betah untuk berlama-lama membaca. Di sini pun sering menjadi tempat komunitas penulis kota Bandung berkumpul untuk bertukar tulisan dan berdiskusi. Saking ramahnya, di sini terkadang menjadi tempat berkumpul komunitas merajut!! Satu yang agak kurang dari Reading Lights adalah koleksi bukunya yang masih terbatas, kebanyakan fiksi roman dan hanya sedikit buku non fiksi yang menarik. Tips bagi pengunjung Reading Lights yang tidak suka fiksi roman: bawalah bukumu sendiri, pesan pisang goreng plus susu coklat, dan duduklah di area membacanya. Kebetulan sekali saya dan Gypsytoes waktu itu membawa buku kami masing-masing. Pagi menjadi sempurna.
Oh dan satu lagi, reading area-nya juga punya board games yang akan bikin kalian tambah betah berlama-lama. Saya dan Gypsytoes sempat bermain scrabble di sana. Dan biarpun saya curang setengah mati, saya tetap kalah telak.
Keesokan paginya kami naik sedikit ke Dago Pakar dan menemukan sanctuary lain bagi mereka yang suka duduk dan membaca. Kafe Selasar di Selasar Sunaryo Art Space. Kalian yang agak berseni mungkin sudah akrab dengan tempat ini. Dulunya ini dibikin oleh Pak Sunaryo untuk memamerkan karya-karya patung dan lukisnya. Beliau ini konon seniman Bandung yang lumayan kondang . Dari tempat pameran karya pribadi, Selasar Sunaryo berkembang menjadi rumah bagi kesenian kontemporer, pameran lukisan, patung, workshop kesenian, pagelaran seni, dan semacamnya. Selain punya ruang-ruang pameran dan taman untuk workshop, mereka juga punya amphitheatre!
Dan pagi itu, saat Selasar Sunaryo sedang agak sepi, selasar kafe benar-benar menjadi bagian terbaiknya. Kafe teras ini benar-benar menjadi sanctuary untuk duduk di bangku-bangku kayu di bawah pohonnya yang rindang. Menenangkan sekali untuk minum teh longan, membaca, atau melamun melihat pemandangan perbukitan Bandung di ujung sana. Di sore hari kita bahkan akan bisa melihat matahari terbenam dari teras ini. Sebagai bagian dari kompleks kesenian, Kafe Selasar mencoba untuk terus merangsang pemikiran kreatif dari mereka yang datang. Di setiap bangku kayunya ada tulisan seperti ini: “Kami bangga bila anda tidak bermain catur atau kartu, dan lebih bangga bila anda memanfaatkan ruang ini untuk membaca, diskusi, serta kegiatan-kegiatan santai lainnya.” Jadi itulah yang kami lakukan, membaca dan berbicara-bicara.
Jadi jika pada suatu akhir pekan kalian terlalu bokek untuk berbelanja dan tidak sempat menipu uang teman kalian, jangan batalkan perjalananmu ke Bandung. Bawalah buku dan teman dekatmu. Pergilah ke Bandung untuk duduk membaca dan bicara-bicara.
Twosocks, Agustus 2009
Ntar lo ambil libur. Kita bawa buku ke Bandung. Atau ngobrol2 ajalah sambil minum teh! Hmm…untuk ini kita bisa aja di Utan Kayu ;-))
‘Jadi jika pada suatu weekend kalian terlalu bokek untuk shopping dan tidak sempat menipu uang teman kalian, jangan batalkan perjalananmu ke Bandung. Bawalah buku dan teman dekatmu. Pergilah ke Bandung untuk duduk membaca, dan bicara-bicara.’
Hahahahahahahaha…. Mantab kali pesan moral abang teddy ini..
btw, kalo kalian sempat, main2lah kalian (Gypsytoes dan Twosocks) ke http://www.ridothegreat.wordpress.com-ku..
Sekadar melihat2 dan kalau2 saja tertarik memperbanyal koleksi komen di situ..
btw mantab nih ide blognya..
Kawan Bram, banyak yg berubah dari Jakarta setelah elo tinggalkan. Komunitas Utan Kayu sejak akhir tahun kemarin pelan-pelan pindah ke Salihara, di daerah Pasar Minggu. Saat elo balik, mari minum Teh dan bicara-bicara
Rido, aminilah pesan2 moral abang dan buat dia mengalir didarahmu, kalo ngga kau akan kubikin mampus. hahaha btw, tulisan di blog elo lucu sekali. gw jadi tahu prinsip2 memasak paling barbar yg pernah ada
Dayum, ke mana aja gw selama ini. Makasih lagi info yang ini. 😀
Kami sudah lama tidak berkunjung ke Reading Lights atau Selasar Soenaryo, tapi keduanya masih aktif sampai sekarang. Selamat mengunjungi, Yuna! Nanti ceritakan kunjunganmu ya.
mengapa gan?
terimakasih 😉