Tempo lalu Maesy menuliskan tentang POST, ruang kreatif kecil kami di Pasar Santa yang enam bulan terakhir membuat akhir pekan kami selalu dipenuhi hal gembira. Ia adalah ruang yang mendekatkan kami dengan individu dan kelompok kreatif yang mencintai apa yang dilakukannya dan bergembira dalam membaginya. Ia juga mendekatkan kami kepada tetangga-tetangga di Pasar Santa yang berkeinginan untuk menciptakan sebuah ruang publik alternatif di mana masyarakat dari berbagai latar belakang dapat berkegiatan secara berdampingan. Sebuah ruang di mana pedagang piringan hitam, pedagang sayur, kedai kopi, tukang jahit, seniman gambar, pedagang lama, pedagang baru berkegiatan bersama-sama, saling bertukar ide dan gagasan, berteman. POST sendiri salah satunya kami gagas untuk hal tersebut.
Namun, ini adalah jenis kegembiraan yang memiliki ganjalan.
Bersama semakin ramainya Pasar Santa, ia menghadapi tantangannya. Bersama semakin banyaknya sorotan media dan pengunjung, ratusan orang siap menggelontorkan uang untuk memiliki atau menyewa kios di pasar yang sempat tujuh tahun sepi pengunjung ini. Banyaknya permintaan membuat kenaikan harga jual dan sewa kios tak terhindarkan dan mengancam kelanjutan usaha pedagang kecil yang tak kuasa bersaing dengan pemodal besar. Inilah yang membuat hari-hari Pak Sujana, pedagang pigura, belakangan menjadi tak tenang. Sewa kiosnya akan berakhir di bulan April dan untuk memperpanjangnya ia harus menyiapkan dana lebih dari dua kali lipat sewanya sekarang. Dan Pak Sujana tidak sendiri, ada Pak Hamzah, Pak Erwin, dan banyak pedagang lama di Pasar Santa yang kelanjutan usahanya ada dalam ketidakpastian.
Inilah permasalahan yang selalu menghantui di antara kegembiraan hari-hari kami di sana. Inilah yang membuat para pedagang mulai mengorganisir dirinya sejak Oktober 2014. Bersama-sama kami melakukan advokasi kepada pihak PD Pasar Jaya, pihak pengembang, dan Pemda, untuk mencegah perkembangan pasar yang justru akan mengorbankan para pedagang yang jauh lebih dulu memulai kegiatannya di sini. Dialog yang kami lakukan belum membuahkan hasil sehingga minggu lalu kami memutuskan untuk memulai gerakan #SustainableSanta secara terbuka. Selain beberapa jalur advokasi lain yang dilakukan, petisi publik juga diajukan oleh Perkumpulan Pedagang Pasar Santa kepada Gubernur DKI untuk melakukan tindakan-tindakan cepat dan tegas untuk melindungi pedagang terutama pedagang lama. Petisi ini mendapat sambutan yang cukup baik dari publik dan para pedagang berkesempatan untuk bertemu langsung dengan Gubernur dan Wakil gubernur untuk menyampaikan permasalahan yang ada. Namun demikian ini masih merupakan langkah awal, dukungan publik yang besar masih terus dibutuhkan hingga tuntutan-tuntutan konkret dalam petisi itu benar-benar bisa terwujud.
Catatan ini kami buat untuk tetap mengajak teman-teman memberikan dukungannya dengan menanda tangani petisi ini.
Saat ratusan orang siap membayar mahal untuk kios yang sekarang diisi pedagang kecil, keberlanjutan Pasar Santa sedang diuji. Ini adalah ujian apakah hukum kapitalisme dimana pemilik modal senantiasa melumat mereka yang lemah juga akan terjadi di sini. Ini juga adalah ujian untuk Jakarta, apakah wajah kota yang demikian keras ini akan kembali menelan korbannya? Apakah pedagang-pedagang kecil yang sudah memulai usaha kecilnya jauh sebelum hingar bingar Pasar Santa ini terjadi akan tergerus? Kami sadar, ini bukan hal yang mudah. Ratusan orang yang siap membayar mahal untuk sebuah kios adalah sesuatu yang begitu sulit dibendung dalam dunia di mana logika pasar demikian bermain. Namun, kami akan tetap mencoba dan kami bangga untuk menjadi bagian dari proses ini. Semoga demikian juga adanya dengan teman-teman semua.
———-
Berikut tautan untuk menandatangani petisi kami kepada Gubernur DKI Jakarta: www.change.org/SustainableSanta .
Teman-teman juga bisa mengikuti kabar terbaru tentang gerakan #SustainableSanta di http://www.pasarsantablog.wordpress.com
Photo credit: Ve Handojo
hear ye.. hear ye…
nice “battle speech” on the last paragrapph dude 🙂
Thank you Diyan!! Help us spread the word ya 🙂
Done, barusan ikut tanda tangan petisi juga. Kapitalisme memang sulit untuk dibendung, tapi sudah waktunya dan sudah sewajarnya untuk juga menaruh hati di dalamnya, karena tanpanya hanya akan ada pemenang dan pihak yang semakin tersingkirkan, i.e. para pedagang yang justru menjadi denyut Pasar Santa sejak dulu.
Terima kasih banyak, Bama. Semoga cerita ini berakhir baik.
ok, tadi udah tanda tangan.
Terima kasih Isyhe 🙂
saya juga sudah, dukung Pasar Santa!
Hore! Terima kasih Yuki 🙂
Sudah tanda tangani petisi dan bantu share juga. Mudah-mudahan dapat membantu. Kalau butuh bantuan lain yg lebih kongkret, kabari aja ya mas 😀
Tgl 31 Januari kemarin aku main ke sana sama temen-temen TBI. Ternyata rame banget dan penuh sesak, jauh dari gambaran tenang dan kontemplatif yang diceritakan dalam tulisan beberapa blogger beberapa bulan sebelumnya.
Terima kasih ya sudah tanda tangan dan membaginya. Semoga ini berakhir baik.
Lain waktu kalau mampir ke Santa lagi berkabar ya, nanti kita omong2 dan kami ajak putar-putar 🙂
Siap, mas. Kabar 2 juga kalau ke Bandung 🙂
Saya belum pernah ke sana, tapi dari tulisan ini kondisinya seperti semakin terang. Sepertinya saya perlu ke sana suatu saat, dan semoga pedagang-pedagang kecil itu masih bertahan 🙂
Hi Rifqy, sip, berkabar kalau hendak mampir ya
#apakabarpasar
Halo Jodieisme, salam kenal. Terima kasih ya sudah menanyakan kabar pasar. Ada kabar baik, ada juga tantangan yang masih harus dihadapi. Kabar baiknya, kampanye ini, atas dukungan banyak teman, telah berhasil mendorong terjadinya ketetapan kenaikan harga sewa yang wajar yang dapat diterima oleh perwakilan pedagang. Pedagang-pedagang lama di lantai bawah dan dasar pun sekarang dapat melanjutkan kegiatan usahanya sebagai mana biasa, Walau kami bersedih juga karena dalam proses kampanye ini ada beberapa yang tergeser atau tidak melanjutkan usahanya.
Sekarang ini, tantangan yang dihadapi pedagang, terutama di lantai atas, adalah jumlah pengunjung yang tidak lagi seramai dulu, baik karena kemacetan akibat konstruksi jalan layang, atau karena hype “kebaruan” pasar santa sudah mulai dilewati. Namun, ini wajar saja, dan justru menjadi tantangan untuk teman-teman pedagang untuk terus berkreasi.
Kapan-kapan main-mainlah ke Post, nanti kita omong-omong lebih banyak 🙂