comments 21

Mendadak Road Trip

“Pesawatnya sudah terbang dari tadi. Mas sudah ditinggal.” kata penjaga gerbang kepada saya yang mematung tak percaya.

Pada sebuah masa yang tidak diinginkan, kalian akan melakukan kebodohan-kebodohan semacam ini. Saya menoleh ke samping, menatap Arip Syaman dengan sengit. Tentu ini bukan semata kesalahannya. Tapi sudahlah, menyalahkan Arip punya semacam efek terapis. Kami sedang transit di Makasar menunggu keberangkatan pesawat ke Mamuju, Sulawesi Barat. Diantara bercangkir-cangkir kopi dan obrolan sana-sini, kami tak sadar kalau panggilan untuk berangkat sudah berdengung-dengung. Bodoh sekali.

Saat itu, di siang yang terik di Makasar, kami tertinggal satu-satunya pesawat tujuan Mamuju. Padahal kami harus memulai sebuah pekerjaan di sana keesokan paginya. Satu-satunya pilihan adalah perjalanan darat dengan kendaraaan sewaan. Dan dimulailah perjuangan itu. Para burung nasar penyedia jasa sewa mobil di bandara Sultan Hasannudin menawarkan harga yang bikin kami naik pitam. Karena sewa kendaraan tak mungkin ditagihkan ke kantor, kami menjadi manusia-manusia kikir. Setelah memaki, memohon, menggertak, dan meratap, kami berhasil. Seorang bapak tua bersedia menjadi supir dan menyewakan kendaraannya dengan harga yang terjangkau. Jadi naiklah kami.

“Berapa jam kira-kira perjalanan ke Mamuju Pak?” tanya saya basa basi saat kendaraan mulai melaju.

“Paling lambat 9 jam lah. Paling cepat sekitar 12 jam.” kata pak Rusli sang supir yang uzur.

Ada sesuatu yang salah dengan bagaimana si Bapak tua ini berpikir.

“Bapak sudah sering ke sana?” tanya Arip mulai ragu.

“Belum.” katanya sambil lalu.Sialan betul.

Tentu dengan harga yang disepakati kami tak bisa berharap banyak. Seperti pak Rusli, mobil yang kami tumpangi juga berusia tua, dengan pendingin yang tidak bekerja, dan beberapa jendela yang tidak bisa dibuka. Beberapa kali kami juga harus menutup semua jendela dan menunduk jika sedang melewati patroli polisi. Kata Pak Rusli mobilnya berplat hitam jadi dilarang untuk disewakan. Saya coba menyarankan agar kami diakui sebagai saudara jauh saja. Pak Rusli menepisnya dan mengatakan tak mungkin ada yang percaya. Mungkin ia berpikir dirinya terlalu tampan untuk menjadi paman jauh kami. Polisi disini rakus minta ampun, kita akan dibuatnya melarat kalau ketahuan melanggar, begitu kurang lebih ia menambahkan.

Perjalanan ini agak panjang, dan saya bersama Arip Syaman, kawan yang selalu mengalami hal-hal ganjil. Tentu pernik-pernik perjalanan tidak akan berhenti di sana. Pak Rusli dengan semena-mena mengajak pula istrinya di mobil besama kami. Agar ia ada teman, begitu katanya. Sungguh ia bapak tua yang kurang ajar, tak hanya kami tak cocok dianggapnya saudara, kami pun tidak pantas untuk menemaninya sebagai kawan berjalan. Setelah lima jam berjalan sang istri mulai mabuk darat. Ia muntah membabi buta dan membuat kendaraan dipenuhi bau sangit. Saya dan Arip hanya tertawa-tawa miris. Untuk melengkapi semuanya, beberapa saat kemudian hujan mulai turun. Membuat kami ada dalam pilihan yang sulit, membuka jendela dan terciprat air atau menutup jendela dan membiarkan diri kepanasan diantara bau sangit. Kejutan terakhir adalah saat di tengah perjalanan Pak tua Rusli mulai mengantuk dan tak kuasa menyetir. Beruntunglah Arip adalah supir yang handal, ia maju ke belakang kemudi dan saya ada disampingnya sebagai penyemangat. “Just like the old days” begitu kata saya pada Arip. Dan kami terus merayap ke utara.

Terlepas dari hal-hal ganjil tadi dan bahwa kami harus melupakan rencana snorkeling sore itu di Mamuju, ada beberapa hal yang cukup menyenangkan. Dalam perjalanan menyusuri pantai barat Sulawesi ini kami sempat menikmati indahnya matahari terbenam bersama langitnya yang memerah. Di kejauhan kami melihat perahu-perahu yang tampak sebagai siluet. Saat pak Rusli tertidur di belakang dan sang istri juga tergeletak teler, saya dan Arip berbagi cerita, beberapa sedikit personal. Tentang kerinduan kami pada mendiang ayah masing-masing, tentang keinginan-keinginan kami saat tua nanti, tentang gunung-gunung yang ingin kami daki, dan banyak lagi. Tentu tak lupa kami berbagi cerita tak senonoh. Walaupun saat saya mulai membabi buta, Arip akan memaki saya, “Jaga mulutmu monyet! Tadi siang gara-gara mulut kotormu kita dikutuk sampai ketinggalan pesawat!” Dan kami terus berjalan, menyusuri pesisir barat Sulawesi. Sampai lewat tengah malam saat kami mencapai Mamuju. Kelelahan dan bau minta ampun.

Saya menulis catatan ini lima hari setelah perjalanan darat mendadak itu. Lima hari kami menjelajah wilayah Mamuju, Majene, sampai kota Pasang Kayu. Saat ini saya duduk menulis di Bandara Sultan Hasannudin menunggu pesawat kembali ke Jakarta. Arip duduk di depan saya dengan wajah yang walaupun lelah tampak berseri gembira. Ia rindu akan istrinya, begitu katanya. Manis sekali. Ini adalah perjalanan yang menyenangkan, sudah lama sekali sejak terakhir saya berjalan bersama Arip untuk urusan pekerjaan. Sejak kami menyusuri pantai-pantai timur Aceh seputar enam tahun yang lalu. Perjalanan darat dadakan lima hari yang lalu menjadi bumbu yang menyenangkan untuk reuni kami ini. Seolah mengingatkan saya, ini adalah perjalanan bersama sang Arip Syaman, bagaimanapun hal-hal ganjil tentu akan ada di dalamnya.

Twosocks, Oktober 2013

21 Comments

  1. Reminds me of my own road trip from Palu to Manado circa 2006. Now that I think of it, kayanya supir bawa istri itu.. entah istrinya gak percaya sama suaminya (takutnya ngilang gak pulang), atau sebenarnya itu supir nyelundupin penumpang satu lagi yang diakui istri padahal bayar tapi lebih murah. My driver at that time happened to bring a woman whom he claimed as second wife. And yap, gak mungkin itu supir kuat nyetir segitu lama but I am lucky that my travelling partner was able to drive (there were 4 of us in the car). Dan klo diitung emang ujung2nya harganya beda tipis sama naik pesawat. In the middle of the road the driver asked us to pay another 500k; total jackass. XD Anyway, nice story. 🙂 -Lili-

  2. dustysneakers

    Thank you Lili for sharing your experience! 🙂 untung kami ga diminta bayar 500k lagi di tengah jalan. Kalau iya, yah, mending gw jadiin si Arip tumbal saja haha

  3. di setiap perjalanan itu pasti ada cerita setelahnya ya bang, a nice one! jadi inget pas balik dari Togian akhir taun lalu dan tiba2 dibilangin kalo travel dari Ampana yang udah kupesan sebelumnya baru akan jalan malam jam 9-10 an karena nungguin mobilnya datang dari Poso, jadilah harus nyari2 dan akhirnya dapat travel yang lewat walaupun harus bayar lagi..

    • dustysneakers

      ah, senang bikin Rani jadi terkenang2 🙂 pengen ke Togean juga nih, belum kesampaian.

  4. Hahaha.. bisa ku bayangkan betapa serunya tawar menawar dan tarik menarik di Bandara makassar… serasa jadi ikan yg di rebutin kucing… wkwkwk

    Nice story anyway, Saya sj yg tinggal di Makassar belum pernah ke Mamuju seheboh ini.. Pantai Sulawesi nan Indah

    Dapat oleh2 khas mamuju gak buat Maesy, Pk Teddy?

    • dustysneakers

      Haha tentu heboh! Terberkatilah kawan Arip Syaman! Oleh2 untuk Maesy? hmmm, Back to Office Report? hehe

  5. Krishna

    Did you share your underwear with Arip during the trip…like the old days, mate?

    • dustysneakers

      Come on! we’re grown up! of course we didn’t. .except when we did ;p

  6. Ngakak tanpa tanggung2, dari pertama sampai akhir. 😀 😀 Sejenak mencerahkan hariku di antara himpitan deadline. 🙂 Cerita-cerita bareng Arip Syaman selalu penuh kejutan ya. Looooove it, really. Keep walking (with him) and share stories. 🙂

  7. Hi Twosocks, mba juga punya teman jalan , yang kalau jalan sama dia selalu banyak ‘hal hal ganjil’ terjadi (walaupun lebih banyak jalan sendirian), mirip cerita diatas, pokoknya segala yang sulit sulit, menjengkelkan ,kegagalan adalah bumbu perjalanan….lanjut ah, mau baca yg lain…. 🙂

    • dustysneakers

      Hi Fe, salam untuk teman jalannya yg sering mengalami hal ganjil juga ya. Btw, asik benar sudah sampai Amerika Latin! super iri!

      • Salam udah disampaikan…dia temen jalan sekitar Asia..Amerika Latin, full jalan sendiri 3x kunjungan baru lengkap semua negara, cuma masih pengen lagi.. Angel Falls di Venezuela kemarin gagal, udah sampai Venez, udah booking helikopter, eh…darurat perang waktu itu dgn Colombia.. sedih banget

  8. hahahaha …cerita seru, aku pernah mengalaminya gegera pesawat delay dari Jkt sampai Mks ditinggal bis jelang Natal. pada masa itu sangat sulit untuk mendapatkan bis karena semua orang mudik, akhirnya luntang-lantung di seputar Mks dan memtuskan nyewa kendaraan esok paginya untuk ke Toraja dengan harga selangit 😉

  9. Hal-hal ini memang menyebalkan saat kejadiannya, tapi saat berkenang-kenang soalnya di kemudian hari, kita pasti mengingatnya dengan lucu ya? terima kasih sudah berbagi ya Olive 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s