comments 13

Gypsytoes, Seorang Kawan dengan Sayap di Punggungnya

Malam ini saya sedang agak melankolis.

Cobalah duduk di balkon membayangkan wajah kawan-kawan perjalanan terdekat. Saat Jakarta sedang agak berhujan, hal ini bikin hati senang juga. Tadi saya melamun dan teringat seorang kawan terdekat, Gypsytoes. Maka saya menulis catatan kecil tentangnya. Sedikit dari banyak sekali hal yang bisa diceritakan tentang kawan perjalanan saya yang lucu ini.

Sudah hampir enam tahun kami melakukan perjalanan-perjalanan. Pagi hari di pasar terapung Banjarmasin, senja yang merah di pulau Belitung, sampai malam yang hiruk pikuk di Pattaya. Hal pertama tentang Gysytoes, tentu tentang betapa ia anak pintar penuh semangat. Dibandingkan saya, konon  ia empat kali lebih pintar. Bahkan untuk hal-hal remeh. Suatu kali, dalam sebuah perjalan pesawat yang cukup lama, kami bermain kuis kecil-kecilan mengenai selebritas. Walaupun saya norak, gemar menonton gosip, dan seperti biasa setengah mati mencoba bermain curang, tapi bisa ditebak, saya kalah telak. Untuk perdebatan yang lebih serius pun, ia sebenarnya sering ada di pihak yang benar.  Cuma karena ego kelaki-lakian saya ini yang besar bahkan dibanding dengan kepala si Najib, saya biasanya menyerangnya dengan membabi buta. Tapi benar, berbicara dan berjalan kaki dengannya akan selalu saya kenang sebagai bagian terbaik dari perjalanan-perjalanan kami. Bahkan di Jakarta yang bisingnya minta ampun. Suatu kali kami berjalan kaki dari Plaza Indonesia sampai Pasar Baru! Berjalan kaki dan bicara-bicara. Bahkan Monas yang mulai usang itu pun, malam itu terasa agak mendingan.

One fine walk in Belitung islands

Gypsytoes punya banyak sekali prinsip yang tidak bisa dinegosiasikan. Ia benci orang yang tidurnya ngorok. Suatu hari kami terdampar di Pattaya bersama Arip dan Sekar. Karena itu hari-hari terakhir dan kantung sudah tipis betul, kami berempat tinggal bersama di satu kamar hotel yang sempit. Dan Arip mulai ngorok. Tanpa berhenti, seperti babi yang melahirkan. Dan Gypsytoes mulai mengerang dan agak menangis. Karena kurang tidur, untuk beberapa hari kedepannya ia malas bicara dengan saya.

Dia juga benci film porno. Pada sebuah sore ia mengerjakan sesuatu dengan komputer saya dan secara tidak sengaja menemukan koleksi film porno di dalamnya. Bisa ditebak, dia pun malas bicara dengan saya untuk beberapa hari ke depannya (Sebetulnya koleksi film porno saya begitu variatif dan mutakhir). Gypsytoes pun sangat anti alkohol. Ia selalu mengutuk jaman-jaman dulu dimana  saya terkadang minum alkohol dan meracau kemana-mana. Namun, suatu hari ia terkena batunya. Dalam sebuah perayaan tahun baru di Kuala Lumpur yang gegap gempita, Gypsytoes cegukan. Parah sekali cegukannya waktu itu. Ia pun membabi buta mencari minuman dan menemukan sebotol coke. Tanpa pikir panjang ia tutup hidungnya dan meneguk habis coke itu. Ia tidak sadar bahwa coke itu sudah bercampur alkohol entah apa. Setelah minumannya habis ia mulai teler dan sempoyongan. Saya pun membopongnya ke kamarnya. Saya girang sekali melihatnya sempoyongan seperti orang linglung. Waktu itu saya merasa sedikit lebih pintar.

Very Iconic Gypsytoes

Gypsytoes pun bisa menjadi sangat tulus dan baik hati. Saat Ajik (sebutan ayah di Bali) meninggalkan saya karena kanker, tanpa banyak berpikir ia terbang ke Bali. Berada di sana dan menemani saya di hari-hari terberat saya itu. Bahkan ia ikut melakukan keperluan-keperluan ritual Hindu yang tentu jauh sekali dari jangkau akalnya. Saat saya membawa abu ajik ke tengah laut, ia ada di pinggir laut menunggu dan memeluk saya saat kembali ke tepi. Ia memutarkan lagu Israel Kamakawiwo’ole, over the rainbow. Saya mengenang senja itu sebagai sebuah senja yang sendu dan khidmat.

Cheers to Heaven

Tapi kawan saya ini juga punya selera yang payah. Kegemaran kami kerap bertolak belakang. Ia sangat suka menari sementara saya adalah anak yang canggung, ia menyukai Harry Potter sementara saya menganggap buku itu bodoh sekali, saya menyukai Jack Bauer sementara menurutnya ia dungu sekali, ia adalah team Aniston, sementara saya, hanya untuk mengganggunya, masuk team Jolie. Tapi terkadang ia baik hati dan toleran juga. Suatu hari dalam perjalanan ke Bandung dilakukan pemungutan suara diantara kawan-kawan perjalanan, mau clubbing atau mau duduk-duduk saja minum teh. Sepertinya suara untuk clubbing akan menang. Saat Gypsytoes menjadi penentu , dan saya tau persis bahwa dia sedang sangat berenergi untuk clubbing, ia memilih untuk minum teh saja. Rupanya ia tidak tega melihat saya tersiksa semalaman.

Too much coffee in Chek Ukee, Banda Aceh

Sejak September lalu, Gypsytoes melanjutkan sekolahnya di Belanda. Saya ingat betapa ia girang sekali mendapatkan beasiswa ke sana dan belajar hal yang selalu membuat matanya berbinar-binar saat membicarakannya, youth studies. Tapi di antara kuliahnya tentu ia tetap berjalan, menari, dan menulis. Dijelajahinya Paris yang romantis, dinikmatinya Bratislava yang sendu,  disusurinya sungai Vltava di Prague, dan disiulkannya bossa nova dalam perjalanan ke masa lalu di Porto. Setiap hari adalah petualangan tanpa batas.  Sahabat saya ini, ia bagaikan memiliki sayap di punggungnya.

a Snow and a Retard

Hari ini ia berulang tahun ke 26. Saya mempersembahkan halaman ini untuk Gypsytoes, kawan saya yang lucu itu. Happy birthday, you weirdo!

Jakarta, 5 Maret 2010.

Twosocks

13 Comments

  1. Gypsytoes

    Is this note an attempt to make up for the crazily inappropriate birthday card you messenger-ed yesterday? If so, this is a fab attempt and is the cherry on top of my birthday adventure in Berlin and Potsdam. Thanks, Twosocks. 🙂

  2. Anonymous

    can’t imagine if u have very romantic heart… but IF i have 2 choose 4 b’day present, i will choose ‘bling2’ 4 present….

    nice & tottally touching 4 b’day card…. ;))

  3. icha

    sederhana…tapi menyentuh…
    jd pengen nulis yg temanya kayak gini.
    oiya selisih 4 hari sama saya tanggal lahirnya.

    salam kenal ya mas tedi

    icha temennya mas bayu

  4. Twosocks

    terima kasih kawan2 untuk menyukai tulisannya. si gypsytoes itu memang aneh 😉
    salam kenal untuk Icha dan Valley 🙂

    keep walking!

  5. Hazel

    wah…. romantis sekaliii.. 😀

    Mudah2an kalian langgeng selalu yahhhhh… 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s