Seperti sore yang biasa, sungai Cikabeumbeum mengalir dengan tenang di sebuah tempat di bagian terbarat pulau Jawa. Saya dan sepuluh kawan perjalanan dilepas di laut lepas dari perahu induk dalam dua buah perahu kecil tradisional. Kami mulai mengayuh dengan bersemangat dan ceria, menuju sungai di wilayah kepulauan Handeuleum Ujung Kulon itu. Ini adalah hari pertama perjalanan di wilayah Ujung Kulon dan untuk beberapa dari kami, ini adalah pengalaman pertama melakukan river canoing. Sungguh kami terpesona saat mulai memasuki wilayah sungai yang membelah kawasan hutan mangrove ini. Melihat aliran sungai yang tenang serta hutan yang sunyi dan alami.
Saya teringat perjalanan ke tengah hutan Baduy dahulu dimana keheningan adalah bagian terbaiknya. Di sini pun begitu. Beberapa kali kami memutuskan untuk terdiam saja menikmati sepi. Yang terdengar hanya suara dayung yang perlahan menyibak air dan suara-suara binatang hutan di kejauhan. Konon disini terdapat berbagai jenis burung seperti sruiti, kangkareng, raja udang, juga rangkong. Bergantian berbagai jenis suara binatang hutan terdengar. Tentunya orang macam saya tidak tahu burung mana yang berbunyi seperti apa. Suara binatang malam yang saya ketahui paling banter hanyalah suara kodok. Dan kamipun terus mengayuh dan melamun. Menikmati hening dan suara alam. Sungguh kawan, ini perasaan yang tidak ternilai.
Tak satupun dari kami mengira bahwa ketenangan ini kemudian akan berganti menjadi petualangan yang memicu adrenalin. Saat gerimis turun kami tenang-tenang saja. Sedikit berhujan di sungai di tengah hutan tentunya adalah pengalaman yang menarik, begitu pikir kami. Tapi menjelang perahu kembali mencapai muara dan menghadap ke laut lepas, hujan turun dengan derasnya. Dan semakin deras. Dan semakin deras. Angin mulai bertiup kencang dan petir mulai menyambar-nyambar. Saat akhirnya kami mencapai muara, perahu induk tidak terlihat. Sementara ombak mulai agak membesar. Belakangan kami mengetahui bahwa perahu induk sempat berusaha mencari kami namun mengalami kesulitan. Kabut menghalangi pandangan mereka dan kami mungkin masih di sungai di tengah hutan. Karena di tengah laut badai mulai datang mereka memutuskan untuk mengantar penumpang yang di atas kapal kembali ke dermaga pulau Handeleum. Selamatkan yang pasti masih bisa selamat dulu. Kurang lebih begitulah logikanya. Dan kami pun terombang ambing di atas perahu kecil sementara di ujung beberapa kali terlihat kilat yang begitu besar seolah membelah langit. Setiap kali petir menyambar kami menunduk. Entah itu sebenarnya akan berguna atau tidak. Sementara hujan terus turun dengan derasnya dan angin mulai mengencang. Beberapa dari kami tampak mulai berdoa. Dan kami mulai agak menggigil kedinginan. Beruntung bagi kami, walaupun angin dan hujan deras, ombak belumlah terlalu ganas. Walaupun terombang ambing, perahu kecil kami masih bisa menahannya.
Sebelum kami mencapai ambang keputusasaan, perahu induk mulai tampak sebagai titik di kejauhan. Namun ia tidak bergerak ke arah kami. Belakangan kami tahu bahwa pandangan mereka masih terhalang kabut yang cukup tebal. Disamping bahwa perahu kami memang begitu kecil. Jadi kamilah yang harus terus mendayung menujunya. Mendayung sungguh membantu mengatasi rasa dingin. Karena hanya ada tiga dayung di masing-masing perahu, kami mengayuh bergantian. Terus mengayuh di antara dingin dan berharap ombak tidak menghempas kami sebelum mencapai perahu induk. Diantara doa dan dingin kami memutuskan melakukan hal yang begitu memompa semangat: Menyanyi gila-gilaan. Jadi itulah yang kami lakukan, mendayung dan berteriak-teriak kesetanan menentang hujan. Beberapa lagu begitu membuat semangat kami berlipat dan beberapa lagu yang lain membuat kami tertawa-tawa geli. Misalnya, entah dari mana tiba-tiba muncullah lagu lawas Farid Hardja. Saya teringat adegan di film Forrest Gump saat Letnan Dan yang kakinya buntung naik ke atas tiang kapal dan berteriak-teriak memaki-maki Tuhan di tengah petir dan badai. Ah, letnan malang yang gila. Seperti juga letnan baik hati yang eksentrik itu, di dalam hati kamipun tahu bahwa kami akan selamat. We will live longer and die bigger than this. Kami terus mengayuh dan bernyanyi.
Setelah hampir sejam terlunta-lunta, kami berhasil mencapai perahu induk. Sungguh perasaan menjadi sangat lega. Kawan-kawan yang tidak turun di handeleum dan memutuskan ikut dalam perahu induk untuk mencari kami bertepuk tangan dan berteriak-teriak kegirangan. Kami pun naik ke perahu induk, dan ikut menandak-nandak kegirangan. Semua basah kuyup dan semua bahagia. Sesampainya di lodge di pulau Handeleum kami disuguhi teh manis hangat. Sungguh nikmat sekali. Malam yang indah, kami minum teh hangat dan mulai membual tentang betapa serunya petualangan tadi. Sementara di luar hujan masih terus mengguyur dengan deras.
Juni 2010, Twosocks
To my boatmates, Vina, Paul, Daniel, Santi, Dyah, Dewi, and all my Ujungkulon travelmates. We survived the storm guys!three days in a row!!
mantaff gan..!!
gw bantu sundul yax,,
up..up..up..!! :))
wah pertamax yah ::)
hahaha thanks guys untuk pelajaran kaskus languange 101 nya!
thx for writing this story Ted, it was really adventurous indeed, and yeee we survived 🙂
one of unforgettable moments
dewi
Perjalanan seru…tapi bahaya juga! Sukses untuk anda dan teman-teman anda!
..Dan mamang yang di kano aku juga bingung, waktu ku tanya “mang, ini gimana..?”, dan dia bengong tak menjawab sambil sesekali melihat ke kano kalian…mungkin dia sedang mencari inspirasi dengan melihat apa yang akan dilakukan mamang di perahu kalian..akhirnya aku teriakin aja Ted, aku bilang, “Mang, kita kepulau itu dulu..” Pulau tempat kita bersandar sejenak…………thanks God because I still love my life.
Dewi dan fandi, yeaa we survived! it was indeed one of the highlight of the trip!
Nuansa Pena: thanks ya. selain sedikit tegang karena badai di handeleum, trip ujungkulon sungguh sangat menyenangkan. Go visit and share your story!it will be a blast.
whaah thanks for writing that scary yet memorable moment Ted… and yes we did survive because God still loves us and wants helloow team to take more trips together 🙂
Pengalaman yg keren !
Syukurlah semua selamat
Hmm saya pengen ke ujung kulon, tapi entah kapan niat kesampaian 🙂
Sama2 Santi 🙂 ayo san, menulis lagi!
warm, just get in to your car and hit the road. sumpah bagus bener, ga nyesel dah. cool nickname, btw.
Amazing journey, twosocks (loved the name hehe). and cool blog! I accidentally dropped by and loving it!